Estetika dengan Perspektif Sejarah menurut pandangan Meyer Schapiro

 Estetika milik Meyer Schapiro memfokuskan pada Gaya sehingga dalam sebuah karya seni maupun desain akan diamati bagaimana gaya ini membentuk ciri yang otentik dan khas. Pandangan ini bersifat bergejala seperti halnya terdapat dalam aspek non estetik dari sebuah artefak.



Pandangan Estetika menurut Schapiro dalam Lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" (Karya Raden Saleh pada 1857)

       

        Raden Saleh merupakan seorang pelukis Indonesia asal Jawa yang mendapat gelar sebagai Perintis Seni Lukis Indonesia. Lukisannya merupakan perpaduan Romantisme yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa sang pelukis. Ciri lukisan nya pun mengandung paradoks terkesan menyindir nafsu manusia serta beliau merupakan sosok yang menentang penindasan.  

Elemen Bentuk (Motif):  Pangeran Diponegoro, Prajurit Belanda, Prajurit serta rakyat Jawa.
 
 
Hubungan Bentuk:   Lukisan ini menggambarkan sebuah peristiwa pengkhianatan pihak Belanda kepada Pangeran Diponegoro atas berakhirnya Perang Jawa pada 1830.
 
    Pelukisan sosok Pangeran Diponegoro sebagai seorang priayi dengan menggunakan jubah putih serta penutup kepala berwarna hijau dengan gesture dan ekpresi tengah menahan amarah kepada Prajurit Belanda yang berdiri disebelah kirinya tanpa menatapnya ditambah dengan orang-orang Jawa berpakaian sederhana dengan aksen batik serta penutup kepala atau blankon yang seperti berlutut dan terduduk seolah menahan kepergian Pangeran Diponegoro. Suasana yang dramatis cenderung bernuansa warna coklat dibumbui dengan pencahayaan alam yang tenang namun tetap menampilkan titik emosional.
 
Kualitas :
Lukisan karya Raden Saleh ini dibuat karena terinspirasi dengan lukisan "Penyerahan Diri Diponegoro" karya Nicolaas Pieneman. Seakan tidak sependapat dengan Pieneman, Raden Saleh membuat perubahan dibeberapa bagian dalam lukisan Pieneman ke dalam versinya.

Pelukisan gaya romantisme Raden Saleh cenderung mengikuti perkembangan Eropa namun dibubuhi latar Jawa sebagai ciri khas lukisannya. Menggunakan warna-warna bernuansa dramatis terkesan lusuh terkecuali untuk latar background yang asri. Dengan permainan warna cenderung cerah dengan ungkapan penuh gerakan yang menambah kesan dramatis. 






Pandangan Estetika menurut Schapiro dalam Lukisan "Berburu Celeng" (Karya Djoko Pekik pada 1988)

 
     
    Djoko Pekik merupakan seorang maestro pelukis Indonesia yang sosoknya memegang teguh idealisme hingga masa tuanya. Beliau juga terkenal dengan keberaniannya pada masa orde baru hingga menuangkannya dalam karya lukis yang berjudul "Berburu Celeng" pada 1988.
 
Elemen Bentuk (Motif): Celeng dan lautan manusia dengan raut kegembiraan.

Hubungan Bentuk: Lukisan ini menggambarkan penangkapan seekor celeng yang disambut meriah oleh massa 
Pelukisan deformasi celeng sebagai center of interest digambarkan sebagai sosok babi hutan yang besar,bulat dan berwarna hitam. Dengan posisi sedang dipikul oleh dua lelaki yang digambarkan memiliki tubuh yang sangat kurus dengan penekanan dibeberapa bagian hingga nampak kesan kurus kering bak busung lapar. Adapula masyarakat yang menari, berpantomim dengan gesture yang mengisyaratkan bentuk kegembiraan dengan warna hitam, putih, merah, biru, kuning serta coklat. 

Kualitas:
Lukisan karya Djoko Pekik ini memakai metafora binatang sebagai Bahasa ungkapan (simbolik) dalam karyanya. Djoko Pekik tidak menggambarkan bentuk realis dari manusia dan celeng namun sudah dideformasi. 
Pewarnaan yang diambil pun dibuat dengan penuh penekanan didepan sehingga dibelakang hanya menimbul kan kesan seperti kerumunan dengan menggunakan nuansa berwarna coklat.
 
 


Komentar